CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 29 Oktober 2008

ARTIKEL IT


Menanti 'Ketidakgratisan' Google

Dewasa ini, media Internet sudah menjadi media yang menjamur dalam masyarakat Indonesia. Berbagai media search engine yang notabene menggunakan open source sebagai 'media penggeraknya' pun marak bermunculan. Google sebagai salah satu search engine ini menjadi salah satu media search engine yang paling gemar digunakan oleh para pengguna dunia maya.

Google yang dulu dibuat atas dasar kekecewaan Larry dan Brin atas mesin pencari yang ada saat itu, macam Yahoo, Altavista dan sebagainya, kini menjelma menjadi musuh utama Microsoft yang sudah lama memonopoli media elektronik maya ini.

Dalam Google, hasil pencarian diatur agar menampilkan hasil yang terbaik. Ada beberapa cara yang dipakai. Yang paling utama adalah PageRank, suatu halaman dinilai rangkingnya berdasarkan berapa banyak link yang mengarah ke halaman itu, anchor text dari link,dan ukuran huruf. Selain itu, hasil pencarian dikelompokkan berdasarkan server sehingga hasil yang berasal dari situs yang sama akan ditampilkan berdekatan.

Berbeda dengan search engine sebelumnya yang menganalisa content text web, Google menggunakan hiperlink secara besar-besaran untuk mengindeks dan mendapatkan informasi

Berbagai kemudahan yang ditawarkan 'produk' Google ini pun didukung oleh penyediaan jasa penggunaan Google sebagai search engine itu secara gratis. Lalu dari mana google memperoleh pendapatan? Ternyata, 99% pendapatan Google berasal dari iklan. Dalam kurun satu tahun sejak Google beriklan, kapitalnya langsung melonjak menyamai kapital dari Time Warner.

Akankah struktur pendapatan ini akna tetap tanpa perubahan di masa yang akan datang? Saya rasa tidak. Penggunaan Google yang kini kita dapat kita rasakan secara gratis tidak akan bertahan lama. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang gratis. Hal ini pun terkait dengan konteks penggunaan Google sebagai search engine.

Fungsi Google mampu kita nikmati secara gratis secara tidak langasung membentuk pola perilaku kita. Ketika kita akan mencari sebuah data mengenai sesuatu pasti kita akan meng-click google sebagai search engine favorit kita. Pola perilaku kita ini kemudian menjadi sebuah kebiasaan yang kita anggap lumrah.

Kebiasaan yang membentuk perilaku kita ketika menghadapi layar komputer ini kemudian menimbulkan adiksi (baca: ketergantungan) kita pada penggunaan Google sebagai search engine. Bukan tidak mungkin Google akan memanfaatkan kondisi ini, atau bahkan inilah strategi pemasaran yang mereka gunakan? Membentuk pola perilaku untuk kemudian menawarkan produk open source yang terkapitalisasi?

Waktu kapitalisasi google semakin dekat. Google mungkin tidak akan bisa kita nikmati secara gratis lagi. Bahkan ketika masa itu sudah datang, bukan tidak mungkin kita akan membayar dengan sukarela atas jasa Google yang kita nikmati karena ketergantungan kita terhadap open source tersebut. dari Internet.

0 komentar: